Tuesday, February 06, 2007

HAJAR

Hajar katanya
Ya ampun nyaris dia melengos benci padaku. Jangan benci karena tidak akan cukup pikirku..

Yah wajar saja. Ini sudah yang kelima kalinya aku mencoba untuk meredam emosinya dengan menggeser rahangnya dengan cepat
Tes tesss warna favoritku sudah kelihatan.dari mana asalnya aku tidak terlalu ambil pusing. Amis.
Harusnya dia pun sudah mulai menyukai aroma ini. Lagi.
Aku bergerak ke kanan lebih cepat dari logikanya yang melambat tersumbat kentalnya darah.
Iya mari kuberi tahu. mereka keluar dari pinggiran bibirnya
Eits ada lagi menyusul dari pelipis kiri.
Tarik napas dan

Hajar

Kali ini mengenai pipi kanan. Tiba tiba aku teringat semburat artistik affandi
Aku terlena sesaat.
Bagaimana tidak, ketika semburat itu terpadu dengan cahaya lampu jauh kendaraan di belakangnya,Seperti kembang api di tahun baru. Kalau mungkin aku ingin mengambil kamera dan mengabadikannya.
Ha ha ha tidak tidak , cukup dengan mata ku saja semua sudah sempurna terekam dalam logika baru

Dia mencintai logika lebih daripada dunia
Daripada aku

Memang.. aku bukan hakim atau temannya Tuhan

Tapi entahlah..semua bergejolak ketika dia menguraikan lirik logika ciptaannya
Sadar sadar tanganku sudah terkepal dan terasa sakit
Sudah ku hajar dia


Ya ampuuun...
Dia menangis!
Dia menangis!

Gila!! Geli sekali! Gila! Aku tidak boleh tertawa! Jangan!tahan..tahan!
Jangan ketawa!


Maaf.
Aku cuma manusia biasa. (manusia?)

Aku curiga kaum nabi pertama kalian di mesir sana turut mencuri dengar karena Aku tertawa sangat keras hingga terasa pening
Dia terisak dan aku merasa keliru
Keliru kalau kecintaanku terhenti di warna segar nan amis itu. Karena bagai bertemu cinta sejati idaman wanita di umur 30 thn ke atas, aku mencintai cairan bening yang berasal dari mata coklat gelapnya lebih lagi.

Kudekati dan kuoegang mukanya yang ramai akan cairan.
Kujilat pelan si bening itu.mulai dari rahang terbawah hingga kantong matanya.
Asin. Asin dan amis menurutmu perpaduan yang serasi ya? Atau tidak? Mata kami bertemu. Dari sinarnya bisa aku katakan padamu, dia memilih hidup dengan merevisi kalimat kalimat yang membentuk dirinya daripada mati untuk itu.

Aku menghela nafas.

Aku haus.

Aku mengamati kembali mukanya yang ramai cairan. Mungkin tidak ya jika kulumat semua bisa memuaskan haus ini..menurutmu aku coba atau tidak?

Ha ha ha kamu pun sama denganku. Tidak mau tapi penasaran

Mari mari jadi ini bukan hanya sekedar kepentingan ku saja ya, aku pun memberi kamu sedikit kepuasan karena kuijinkan kamu ikut menikmati
Aku yakin persepsi mu dengan apa yang aku alami tidaklah jauh berbeda

Kebenarkan posisi mukanya pada kedua telapak tanganku. Semua yang ada disitu kusapu dengan tatapan terbaik yang kupunya.
Hei dia bergetar..gemetar? bedanya?
Tentu aku akan lebih bahagia jika ia kembali marah
Tapi sudahlah.aku harus konsentrasi sekarang.
Dia menatapku tanpa ketajaman apapun. Kudekatkan lidahku pada alisnya. Dia terpejam dan aku meringis geli. Aku bahkan belum menyentuhmu, sayang..
Yak..sudah tersentuh dan kuteruskan perlahan dengan gerakan menaik persis seperti tadi.

rahang bawah. rahang. pipi bawah. tulang pipi . pipi atas. Kantong mata Kelopaknya. Alis.
Ya ampuuun ada yang menggeliat di dalamku
Aku senang.belum pernah aku sesenang ini semenjak kusaksikan JFK tertembak di tv.
Lagi? Lagi..
Kali ini dari Dagu bawah. Menyusul bibir bawah, Bibir atas.. atas bibir. hidung bawah. Hidung atas.. kening tengah dan kening atas. Iya.kali ini memang ada amisnya. Dan akhirnya sisi muka yang terakhir kulakukan dengan gerakan yang sama.

Tidak cukup.
Ha ha ha memang sih..dari awal ketika kuputuskan juga sudah kukira.aku tidak akan puas.
Dia tidak lagi bergetar. Dia gemetar hebat. Kurasa dia lebih tahu daripada aku mengenai apa yang akan kulakukan selanjutnya.

Ahhh
Kalau saat ini hujan tentu akan mempermudah semuanya.paling tidak semuanya akan ikut luruh mengikuti aliran gravitasi air.

Tidak ada hujan. Hanya keringat dan cairan bening yang belakangan ku tahu kalau itu namanya air mata yang mengalir. Yah sudahlah...
Kulumat lagi saja bibir yang ternyata memang bagian paling nyaman bagiku. Dan mungkin bagimu. Tangannya sangat lemas sehingga ia gagal melepaskan diri dari cengkeraman ku. Aku tahu dia berulang kali berusaha keras mengangkat tangannya.tapi baru setengah jalan sudah terjatuh kembali ke aspal keras.
Ya sudah.
Aku mengalah.

Aku sudah 1 meter dari tempat ia terduduk lunglai.
Ia lebih menangis daripada tadi.
Aku mulai salah tingkah. Karena terlalu cinta akan visual ini.
Ya ampun..apa yang sebaiknya kulakukan?

Masa aku bisa membawanya pulang dan menjadikannya hidup ku?

TIIIIIIN TIN TIN TIIIIIIIIIIIIIIN

Dari suaranya aku tahu, sebuah kendaraan container mengarah ke tempat kami berelasi.
Wah ide menarik muncul di otak kecintaan ku
Kutarik kedua lengan besarnya yang lunglai tadi. dia berdiri lunglai pula
Berdasarkan teori yang ada, saat kita sangat menyukai sesuatu punyalah keberanian untuk melepaskannya, maka aku...Ya ya kamu berpikir persis seperti apa yang kupikirkan
Wangi amis masih ada dan aku dengan berat hati mengusapnya agar bersih dari mukanya yang kalau kudeskripsikan setipe dengan orang ras campuran eropa dan asia.

Kamu akan kulepaskan kataku kemudian
Derap logika kecintaanmu pun boleh kamu bawa kembali.
Aku tersenyum dan dia terbelalak menyadari aku akan meninggalkannya. Cahaya lampu jauh kendaraan container sudah mendekat.sudah mulai menguasai atmosfir malam kami.
Dia menggeleng sekali. Menggeleng dua kali.
Aku pun tersenyum.

TIIIIIIN TIN TIN TIIIIIIIIIIIIIIN


Tanganku telah kembali ke dalam saku celana.
Dan detik ini sudah hujan....akhirnya...
Sudah luruh semuanya sesuai yang kuharapkan…
Dia di bawahku.
Melingkarkan tangan tangannya pada betis betis ku.


Aku menghela nafas.

Aku haus.